JIKA ISLAM ADALAH PILIHAN
Menurut sebuah hadits, setiap manusia yang lahir di dunia itu
fitrahnya adalah Islam. Kemudian, ia akan menjadi Nasrani atau Yahudi maka hal
itu dikarenakan oleh kedua orang tuanya. Seperti hadits berikut.
“Setiap anak dilahirkan
dalam keadaan fitrah (Islam), kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi
Yahudi atau Nasrani.” (HR. Bukhari Muslim)
Meskipun demikian, jika Allah menghendaki cahaya bagi seseorang,
maka tidak ada satu pun makhluk di dunia ini yang dapat menghalanginya. Jika
Allah menghendaki cahaya itu bagi seorang Yahudi atau Nasrani, maka tidak akan
ada seorang pun yang dapat menghalanginya masuk Islam. Dan sungguh, benar-benar
mulia dan indahnya diri seorang muallaf tersebut. Karena, kedudukan seseorang
yang bertobat adalah jauh lebih tinggi dari seseorang yang selama hidupnya semenjak
kecil selalu menjalankan ibadah, tetapi ia lalai dalam ibadah tersebut.
Namun, tentu tidaklah mudah bagi seorang muallaf dalam menjalani
hidup barunya di dien yang indah ini. Kebanyakan mereka harus rela diusir dan
dibuang dari keluarganya tercinta demi memeluk jalan yang terjal ini. Meskipun
jalan tersebut begitu menyayat kaki hingga berdarah-darah pun, ia akan tetap
melaluinya. Dan seorang muallaf adalah sebenar-benarnya muslim yang sadar
tentang begitu benarnya Islam sebagai jalan terang, begitu benarnya Allah
sebagai Illah, dan begitu benarnya Muhammad sebagai rasul Allah. Karena mereka
telah mengetahui letak kesalahan agama terdahulunya, dan ia mengetahui benar
letak kebenaran agama Islam sesungguhnya.
Sungguhlah kita patut untuk bersyukur. Karena kita telah terlahir di
negeri yang aman sentosa, yang tanpa takut akan darah, panah, peluru, dan bom,
serta debu-debu anyir di jalanan. Layaknya seorang muslim di Palestina,
Prancis, Amerika, dan negara-negara minoritas muslim lainnya, yang setiap hari
ia terancam pengucilan hingga kematian karena tetap mempertahankan imannya akan
Allah dan Islam.
Namun, sungguhlah kita perlu malu. Mengapa malu? Karena Allah dengan
panuh kasih sayang-Nya kepada kita, Ia tempatkan kita di negeri ini dengan
tanpa susah payah. Tetapi, terkadang kita terlalu sering lupa, dan terlalu
sering lalai akan kemurahan ini. Terlalu banyak orang di negeri ini, yang mereka
mengucap salam dan mengatakan, “Aku Islam”, dengan mudahnya, tetapi hati mereka
kosong, tangan kaki mereka bosan
bersujud, perut-perut mereka bergelembung, dan rumah-rumah mereka gemerlapan
akan pesta. Seakan-akan pabila mereka bukan muslim pun itu tidak masalah bagi
mereka. Seakan-akan Islam hanyalah simbol untuk menang, simbol untuk tenang,
tetapi ia lupa hakekatnya, bahkan ia tidak mengenal Islam sebenarnya.
Seandainya Islam adalah pilihan, dan semua bayi yang terlahir di
dunia ini mempunyai kesempatan untuk memilih agamanya, maka akankah engkau
tetap memilih Islam sebagai agamamu?
Jika engkau menjawab, “Ya! Tentu saja!”, maka sebutkanlah padaku,
apa itu Islam, apa itu Tuhan, apa itu utusan, apa itu iman, apa itu ihsan, dan
apa itu Al-Quran?
Dan jika engkau mampu menjawabnya, dan engkau mendapat 100 hitam,
maka akan kutanya lagi, mengapa kau masuk Islam, mengapa yakin Allah adalah
Tuhan, mengapa yakin Muhammad adalah utusan, mengapa beriman, mengapa harus
ihsan, dan mengapa ada Al-Quran?
Mungkin akan sedikit lama kau menjawab, tetapi meskipun dengan
perlahan yang lama, engkau menjawabnya dengan limit benar, maka akan kutanya
lagi, cintakah kau terhadap Islam, cintakah terhadap Allah sebagai Tuhan,
cintakah terhadap Muhammad sang utusan, dan cintakah terhadap Al-Quran?
Dan kamu akan menjawab dengan lantangnya, “Ya! Tentu saja!”. Maka
akan kulanjutkan lagi yang terakhir pertanyaan, bagaimana agar aku tahu bahwa
itu semua benar? Mampukah engkau tunjukkan kepadaku meskipun itu secara
sembunyi-sembunyi tentang refleksimu akan Islam?
Tidak perlu tegang. Ini hanyalah sebuah pertanyaan, dan kalaupun
engkau tidak mampu menjawab, engkau tidak akan mati karenanya, kecuali Allah
menghendakinya.
Wahai temanku, ketika kulayangkan semua pertanyaan itu kepadaku,
sungguh, aku tak mampu menjawabnya dengan 100 benar. Aku terlahir sudah secara
Islam, dalam keluarga Islam, dan dalam negara mayoritas Islam. Sungguh, mungkin
engkau jauh lebih dahsyat daripada aku dalam hal iman dan pengetahuan. Dan
sungguh, mungkin engkau jauh lebih tinggi derajatnya karena engkau memiliki
cinta yang luar biasa kepada Illahnya semesta alam, dan engkau mampu
menunjukkannya dalam keseharian.
Wahai temanku, akan kuberitahu padamu betapa malunya aku kepadamu,
karena engkau mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan benar meskipun secara
tersendat-sendat. Dan tahukah engkau? Aku butuh waktu yang lama untuk
mengumpulkan jawaban-jawaban itu dari berbagai kata kunci di Al-Quran digital
dan hadits digital. Tetapi, jika engkau tanyakan padaku, “Lantas, akankah
engkau juga memilih Islam?”
Akan kujawab dengan lantang juga sepertimu, “Ya! Aku pun akan
memilih Islam! Dan semoga aku termasuk dalam golongan orang-orang yang terus
bersujud kepada Allah hingga kelak tubuh ini tak mampu lagi ditekuk.”
Dan bila engkau bertanya,”Kemudian, mengapa engkau memilih Islam?”
Maka akan kujawab dengan panjang lebar.
Sungguh kawan, Islam adalah agama yang benar. Bahkan, meskipun
demikian Allah tidak pernah memaksa hambanya dalam memasuki Islam, dan
Rasulullah pun hanya diutus sebagai penyampai kabar gembira bagi orang yang
bertakwa dan kabar pedih bagi orang yang ingkar saja.
“Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat.” (Q.S Al-Baqoroh : 256)
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang
kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah
dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku." Dan katakanlah kepada
orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi[190]:
"Apakah kamu (mau) masuk Islam." Jika mereka masuk Islam,
sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha Melihat
akan hamba-hamba-Nya.” ( Q.S Ali Imran : 20)
Namun, engkau pasti tahu bahwa risalah Islam adalah benar. Karena
jalan yang terang itu mudah dilihat oleh siapa pun, meskipun itu di dalam
kegelapan yang nyata dan jauh jaraknya. Namun, jalan itu tidak akan terlihat
jika engkau sajalah yang menutup mata sendirian.
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q.S Al-Baqoroh : 208)
Katakanlah:
"Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)."
Wahai temanku yang mulia, sungguh indah iman dan Islam, tetapi bila
kita belum mengenal benar tentu kita tak mampu merasakannya secara total. Oleh
karena itulah marilah kita mengenal Islam secara benar, ma’rifatul Islam.
Karena ada sebuah pepatah mengatakan, tak kenal maka tak cinta. Dan cinta
adalah penggerak hidup yang paling berhasil nyata.
Janganlah hanya memeluk Islam karena ia diwariskan, tapi peluklah
Islam karena ia jalan yang terang. Dan seberuntungnya manusia adalah ia yang
selalu memperbaiki diri tanpa memandang berapa sisa waktu yang dimiliki, tetapi
memandang apa yang belum ia ketahui. Dan sebaik-baik manusia adalah ia yang
mengetahui dan kemudian menjalani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar